Konsep
Mabda
Mabda dalam bahasa Arab berasal dari kata bada’a-yabda’u-bad’an-mabda'an yang
artinya adalah memulai. Namun menurut istilah mabda berarti pemikiran yang
mendasar yang di atasnya dibangun pemikiran-pemikiran lain.
Pemikiran mendasar yang dimaksud adalah pemikiran yang
universal (menyeluruh) tentang kehidupan, alam semesta dan manusia serta
meliputi pemikiran tentang kehidupan sebelum dan setelah dunia serta hubungan
ketiga hal tadi dengan kehidupan sebelum dan setelah dunia.
Dari pemikiran mendasar ini akan muncul
pemikiran-pemikiran lain yang merupakan pemikiran cabang, sehingga akan
melahirkan aturan-aturan kehidupan secara menyeluruh.
Ketika seorang manusia menganut suatu mabda, maka ketika
itu berarti dia telah memiliki pemikiran yang mendasar yang merupakan landasan
bagi pemikiran lain setelahnya, maka ketika itu pula dia akan melangkah dalam
kehidupannya dengan jelas dan terarah sesuai dengan arahan dari mabdanya.
Mabda yang dianutnya
akan melahirkan aturan kehidupan, sehingga akan terpecahkan seluruh
problematika kehidupannya. Maka mabda adalah pemikiran menyeluruh tentang alam
semesta, manusia, dan kehidupan (aqidah
aqliyah) yang memancarkan sistem aturan kehidupan (nidzhom). Pada saat permasalahan kehidupan manusia dapat terjawab,
dengan sendirinya manusia ini akan maju dan bangkit. Jadi mabda adalah
satu-satunya pengikat antar manusia yang dapat mengantarkan mereka pada
kemajuan hidup dan kebangkitannya.
Keshahihan
Sebuah Mabda
Sebagai sebuah mabda, yang dia merupakan pemikiran
universal serta melahirakn aturan-aturan kehidupan, dapat dijadikan pengikat
antar manusia sehingga dapat membawa mereka kepada kemajuan dan kebangkitan
dalam kehidupannya. Namun demikian, tidak setiap mabda dapat membawa manusia
kepada kebangkitan dan kemajuan yang benar (shahih), karena tergantung pada
aqidahnya, jika benar aqidahnya maka benarlah mabdanya benar pula kebangkitan
yang dihasilkannya. Sebaliknya jika salah aqidahnya, maka salah pula mabdanya
sehingga salahlah kebangkitan yang dihasilkannya.
Mabda yang shahih (benar), haruslah sesuai fitrah,
meuaskan akal dan menentramkan hati. Adapun sesuai fitrah maksudnya adalah
sesuai dengan gharizah taddayun, yaitu mengakui bahwa manusia itu lemah
dan sangat membutuhkan kepada penciptanya. Sedangkan memuaskan akal berarti dia
dibangun berdasarkan akal sehat manusia bukan didasarkan pada materi atau
selain dari itu.
Dari tiga mabda ini, hanya mabda Islamlah yang merupakan
mabda yang shahih, karena sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal serta
menentramkan hati. Adapun Kapitalisme dan Sosialisme adalah mabda yang lahir
akibat kezaliman manusia. Mabda ini lahir setelah terjadinya penindasan Gereja
pada abad pertengahan. Dorongan yang lahir waktu itu menolak intervensi agama sama
sekali atau menerima dengan syarat. Dari sinillah, sejarah Kapitalisme dan
Sosialisme sebagai mabda kemudian bermuara dan berkembang. Dari segi sumber
ajaran, masing-masing mabda tersebut bersumber dari akal. Akallah yang
menentukan segalanya, baik yang berkaitan dengan akidah maupun sistemnya.
Semuanya ditentukan oleh akal manusia.
Dari segi akidah, Kapitalisme dibangun berdasarkan ide
pemisahan antara agama dengan kehidupan (fashl ad-din 'an al-hayat) atau
yang popular dengan istilah Sekulerisme. Kapitalisme masih mengakui eksistensi
agama, tetapi agama tidak boleh mengatur urusan kehidupan manusia. Agama hanya
diberi otoritas untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dalam masalah
ritual dan spiritual, sedangkan masalah kehidupan, manusialah yang berhak mengatur sendiri urusannya. Sebab
ini merupakan urusan manusia dengan manusia, bukan manusia dengan Tuhan. Karen
akidahnya seperti ini, maka pandangan hidupnya menjadi pragmatis, yang
melakukan dan meninggalkan sesuatu berdasarkan asa manfaat (pertimbangan untung
rugi), artinya, jika ada keuntungan akan dilakukan, tetapi kalau menyebabkan
kerugian akan ditinggalkan. Inilah asas manfaat yang menjadi pandangan orang
Kapitalis. Agar pandangan tersebut bisa direalisasikan, orang Kapitalis
menetapkan Liberalis (kebebasan) sebagai metodenya.
Dengan kedua standar diatas, kesalahan Kapitalisme dapat
dijelaskan, anatara lain:
Pertama, dari segi kesesuaiannya dengan
fitrah manusia, dapat dijelaskan, bahwa manusia mempunyai fitrah beragama yang
dengan fitrah tersebut dia memerlukan Dzat Yang Maha Agung dan itulah Tuhan.
kebut uhan manusia pada Tuhan sesungguhnya tidak terbatas pada waktu ibadah,
sebab diluar ibadah pun manusia tetap manusia, yang memepunai kelemahan,
kekurangan dan karena itu memerlukan Dzat Yang Maha Agung. Kabutuhan manusia
kepada Dzat Yang Maha Agung ini merupakan
fitrah. Meskipun ketika keperluan ini tidak dipenuhi tidak akan
menyebabkan kematian. Namun harus difahami, bahwa kelemahan dan kekurangan manusia
mengharuskan adanya kebutuhan manusia pada Dzat Yang Maha Agung. Hal ini
memustahilkan fitrah manusia terpuaskan oelh sesamanya. Karena itu, jika
konsepsi mabda ini mengajarkan pamisahan agama dari kehidupan, artinya akidah
tersebut bertentangan dengan fitrah manusia yang lemah, yang seakan-akan
manusia mempunyai fitrah Maha Kuasa, termasuk kekuasaan mengatur kehidupannya.
Belum lagi akal yang menghasilkan mabda ini cenderung berubah, mempunyai
keterbatasan dan tidak konsisten. Jika sumber mabda tersebut seperti ini,
berarti produk mabdanya juga sama, yakni sama-sama kacau, lemah dan terbatas.
Kedua, kesalahan mabda tersebut dilihat
dari segi asas karena tidak dibangun berdasarkan akal, dapat difahami, bahwa
Kapitalisme adalah mabda yang dibangun berdasarkan prinsip kompromi (al-hall
al-wasath) antara tokoh gereja dengan filsuf. Bukan karena pertimbangan
logis menurut akal. Artinya, mereka menetapakan langkah kompromi untuk
mendamaikan konflik yang terjadi antara pihak gereja dengan kaum intelektual.
Maka, dalam berbagai aspek mabda ini telah mengkompromikan antara yang haq dengan
yang bathil, antara Islam dengan kekufuran, dan antara petunjuk dengan
kesesatan. Karena itu, kapitalisme yang dibangun berdasarkan ide pemisahan
antara agama dengan kehidupan itu bukan karena pertimbangan rasional, melainkan
karena unsaha untuk mendamaikan konflik yang terjadi.
Sedangkan Sosialisme dan Komunisme, dari segi akidahnya
dibangun berdasarkan materi. Dalam pandangan Sosialisme, alam, manusia dan
kehidupan berasal dari materi. Semua yang ada merupakan wujud materi. Perubahan
dari satu bentuk benda kepada bentuk benda lain juga merupakan proses perubahan
materi (materialisme dialectic). Semua yang ada hanya mencerminkan ujud
materi. Inilah yang disebut Materialisme. Akidah Sosialisme dan Komunisme
mengatakan, bahwa materi merupakan asal segala wujud dan tidak ada yang lain.
Mereka menolak adanya Allah sebagai Sang Pencipta. Dengan begitu jelas mereka
menolak agama. Sebaliknya mereka menciptakan "agama" baru dengan
menyembah dan mengagung-agungkan benda. Meraka mengatakan, bahwa agama adalah
candu yang akan merusak masyarakat.
Inilah yang menjadi keyakinan Marksisme, Leninisme, Titoisme
dan sebagainya. Karena akidahnya menolak agama, sistem kehidupannya kemudian
dibangun berasakan akal yang hampa dari ajaran agama. Dalam pandangan akal
mereka, materi berubah dari satu betuk kepada bentuk yang lain adalah wujud
perubahan materi, biasanya dikenal dengan sebutan materialisme dialektis.
Sedangkan cara untuk mewujudkan perubahan tersebut adalah dengan menciptakan
pertentangan antara satu materi dengan materi yang lain; atau menciptakan
konflik antara satu pihak dengan pihak lain.
Dari uraian diatas, kesalahan Sosialisme dapat difahami,
antara lain: Pertama, berdasarkan standar ketidaksesuaiannya
dengan fitrah manusia, yang dapat disimpulkan, bahwa fitrah manusia memerlukan
agama dan lemah itu telah dinafikan oleh Sosialisme. Alasannya karena agama
telah dianggap sebagai candu bagi masyarakat. Dengan begitu, naluri beragama
manusia telah dibunuh dan dikubur hidup-hidup. Ini jelas bertentangan dengan
fitrah manusia.
Kedua, dilihat dari segi akidah Sosialisme
yang tidak dibangun berdasarkan akal, sebaliknya berdasarkan materi. Ini
artinya, bahwa materi dalam pandangan Sosialisme adalah azali. Tentu ini
sangat bertentangan dengan akal, karena dzat yang azali seharusnya tidak
memerlukan kepada yang lain dan tidak terbatas. Sebagai contoh, materi dianggap
sebagai sumber kehidupan, sedangkan materi itu sendiri tidak dapat melahirkan
dirinya sendiri. Disamping itu, materi mempunyai kelemahan dan keterbatasan.
Matahari, misalnya ketika terbit dari timur ke barat dan terus-menerus secara
konsisten, tentu memerlukan garis orbit yang sekaligus merupakan sistem bagi
terbit dan tenggelamnya matahari. Pertanyaannya adalah benarkah matahari
mengikuti garis orbitnya tanpa ada yang mengatur? Tentu mustahil. Maka,
benarkah matahari yang memerlukan garis orbit itu disebut tidak memerlukan
apapun atau memerlukan siapapun? Tentu tidak masuk akal. Ini adalah salah satu
contoh. Dengan demikian, Sosialisme telah gagal menjelaskan, bahwa materi
bersifat azali.
Perbandingan
Mabda
Jika diperhatikan secara teliti dan mendalam, di dunia
ini hanya terdapat tiga mabda yaitu: Islam, kapitalisme dan sosialisme. Mabda
kapitalisme sekarang menjadi kekuatan tunggal di dunia, dan dia diemban oleh
kebanyakan negara Barat serta belahan dunia lain meskipun tidak sepenuhnya
diterapkan. Sedangkan sosialisme dan Islam, tidak ada satu negara pun yang
mengembannya, akan tetapi Islam masih eksis dalam diri individu-individu di
dunia.
Mabda Islam sangat berlainan dengan kedua mabda yang
lainnya. Sedangkan sosialisme dan kapitalisme, meskipun memiliki perbedaan dari
berbagai segi, akan tetapi masih memiliki kesamaan-kesamaan. Secara garis
besar, perbandingan ketiga mabda tersebut akan diuraikan dalam bentuk bagan di
bawah ini:
|
Unsur Mabda
|
Sosialisme
|
Kapitalisme
|
Islam
|
|
Aqidah
|
Materialisme atau evolusi materi
(materi merupakan asal segala sesuatu, dan evolusi materi merupakan jalan
terjadinya segala sesuatu)
|
Pemisahan agama dengan kehidupan (fashluddin
‘an al-hayah). Agama tidak boleh ikut campur di dalam kehidupan.
|
Laa Ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah
|
|
Munculnya aturan kehidupan
|
Aturan diambil dari materi dan
perubahan materi atau alat-alat produksi. Berubahnya alat-alat produksi akan
mengubah aturan kehidupan.
|
Aturan harus dibuat oleh manusia
(karena tidak ada pesan bagi Tuhan dalam kehidupan manusia)
|
Allah SWT yang membuat aturan,
kemudian mengutus Rasulullah SAW untuk menyampaikannya kepada manusia.
|
|
Standar kehidupan
|
Materi dan evolusi materi
|
Manfaat (boleh tidaknya suatu hal
bergantung pada manfaat yang dikandungnya)
|
Halal dan haram
|
|
Pandangan tentang masyarakat
|
Masyarakat adalah : kumpulan antara
individu, tanah, alam, dan alat-alat produksi yang merupakan satu kesatuan.
|
Masyarakat adalah kumpulan
individu-individu yang saling berinteraksi.
|
Masyarakat adalah: kumpulan manusia
yang memiliki pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama.
|
|
Penerapan aturan
|
Negara menerapkan aturan dengan kekuatan
militer dan kekerasan undang-undang.
|
Negara berfungsi sebagai penjaga atau
penjamin terhadap kebebasan individu dan aturan ditegakkan dalam rangka hal
tersebut.
|
Setiap individu menerapkan hukum
dengan dorongan takwa kepada Allah SWT dan daulah menerapkan hukum dengan
keadilan.
|
|
Ukuran kebahagiaan
|
Tercapainya kenikmatan jasmani
sebesar-besarnya.
|
Tercapainya kenikmatan jasmani
sebesar-besarnya.
|
Ridwanullah (keridhoan Allah)
|
Mengembalikan
Kejayaan Islam
Melihat pada keadaan dunia sekarang ini, dimana mabda
yang eksis dan berkuasa adalah mabda kapitalisme, ternyata membuat kaum
muslimin seperti tidak berdaya menghadapinya. Seluruh roda kehidupan beserta
kebijakan-kebijakan internasional berada di tangan Amerika sebagai penguasa
tunggal, dan sebagai polisi dunia yang akan mengadili segala permasalahan
dengan kacamata mabda mereka. Dan hal
ini telah semakin mempurukkan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia ke jurang
kehinaan mereka yang seolah-olah sulit untuk diselamatkan. Sebagai sifat suatu
mabda selalu ingin disebarkan dan ingin dianut oleh seluruh manusia, maka
demikian pulalah kapitalisme, dengan metode bakunya-menjajah- Amerika akan
memaksa ide-idenya supaya dianut oleh seluruh manusia di seluruh negara lewat
demokrasinya, HAM, teori pembangunan
berjangka, pluralisme, dan banyak lagi sarana-sarana yang dipergunakannya. Dan
mereka akan dengan segera bereaksi keras manakala mereka melihat tanda-tanda
adanya kebangkitan Islam, sehingga keadaan kaum muslimin sekarang ini sungguh
telah jauh dari kejayaan yang pernah diraihnya selama hampir tiga belas abad.
Untuk kembali pada kemuliaan Islam seperti dahulu, maka
yang harus dilakukan oleh seluruh kaum muslimin adalah mengembalikan tegaknya
daulah Islam dengan menegakkan seluruh sistem pemerintahan dan perundangan
dengan berlandaskan kepada mabda Islam. Hanya dengan cara itulah, kemuliaan
Islam akan dapat kembali diraih oleh kaum muslimin.